Jumat, 29 Mei 2009

Permata

Tahun 80an ada sebuah film yang dibintangi oleh Benyamin S yang berjudul "Intan Berduri". Ceritanya sang tokoh yang adalah orang miskin tiba0tiba mendapat intan sebesar kepalan tangan orang dewasa. Hidupnya lantas berubah jadi orang kaya raya. Tapi di akhir cerita dikisahkan bahwa intan tersebut ternyata tinggal serbuk-serbuk yang tidak bernilai. Akhirnya sang tokoh kembali menjadi orang miskin. Pesan yang aku dapat dari cerita itu adalah bahwa kita tidak bisa bergantung pada kekayaan. Apabila kita tidak punya karakter yang kuat maka kekayaan itu akan menelan kita dan membuat kita akhirnya terlempar ke dalam dunia yang sama sekali tidak kita kenal. Namanya juga Benyamin S jadi banyak adegan lucu yang menggambarkan terdamparnya mereka di dunia yang asing bagi mereka.
Batu permata adalah salah satu benda terkeras di bumi ini. Termasukbatuan berharga yang sangat tinggi nilainya. Diburu banyak orang, mulai dari perut bumi sampai di toko-toko dan broker permata di berbagai belahan dunia.
Sebelum menjadi benda yang indah, permata harus melalui banyak proses (detailnya cari aja sendiri ya). Setelah menjadi perhiasan maka dia akan jadi rebutan banyak orang.
Kebanyakan manusia jaman sekarang tidak mau jadi permata. Kita ingin mejadi sesuatu yang indah dengan cara secepat mungin. Apa yang terjadi? Hasilnya adalah lahirnya manusia-manusia yang memburu. Bahkan meghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dikejarnya. Memburu pekerjaan, karier, uang, jodoh, gelar dan sebagainya. Ironisnya setelah berhasil meraih apa yang diburunya, ternyata dia tidak puas dan memulai perburuan yang baru. Punya istri cantik tidak puas kemudian caru yang cantik dan yang lebih muda. Punya jabatan tinggi tidak puas kemudian ingin punya dua jabatan dan seterusnya. Coba kalau kita mau seperti permata, bertahan dan sabar akan setiap proses kehidupan, saya yakin semua yang tadinya kita buru akan berbalik mencari kita. (Kecuali KPK, karena kita kedapatan bersih dan tidak bercacat seperti permata yang indah yang tidak memilki retak)
Permata tetaplah permata dimanapun dia berada. Dia tetap dikejar dan dicari orang.
Manusia sering kali berubah-ubah seperti bunglon. Tergantung dimana dia berkecimpung begitu juga tampilannya. Kalau dia politisi, dia bertingkah seperti ahli politik. Padahal belum pernah membaca buku politik karena asik dengan bisnisnya. Kalau dia jadi polisi, dia bertingkah seperti penegak keadilan. Padahal paling sering melanggar lampu lalu lintas (bahkan ditengah kemacetan lalu lintas). Kalau dia dokter, bertindak sebagai dewa penyelamat yang paling tahu semua masalah tubuh manusia. Padahal sampai saat ini dunia kedokteran masih belum menemukan apa fungsi usus buntu bagi tubuh manusia.
Kalau kita jadi seperti permata, apapun yang kita kerjakan dan dimanapun kita berkecmpung, maka cahaya diri kita akan terus terpantul sehingga dikenali oleh setiap orang.
Cahaya diri kita sebgai orang yang rendah hati, berbelas kasihan, ramah, benci akan kezaliman dan ketidak adilan.
Cahaya diri kita sebagai pekerja keras yang ulet, sabar dan tabah ketika menghadapi situasi sulit, bertanggung jawab terhadap komitmen, integritas dan bersungguh-sungguh atas apa yang diucapkan.
Cahaya diri kita yang tidak egois, mudah memaafkan, dan mau menerima sesama manusia apa adanya mereka.
Untuk bisa bercahaya seperti itu diperlukan kerelaan untuk dibentuk dan ditempa. Tapi yang pasti apabila kita sudah siap menjadi permata maka kita akan menjadi rebutan bagi banyak orang.
Aku harap aku juga rela dalam pembentukan itu. Semoga...